Sabtu, 09 Juli 2011

Mantra Harry Potter pun Berakhir


Satu dekade terakhir, penyihir cilik dengan bekas luka berbentuk petir di dahinya ini menghibur dunia. Kini kisahnya usai, bagaimana dunia tanpa Harry Potter?
Seri kedelapan sekaligus terakhir dari film Harry Potter, yakni ‘The Deathly Hollows’ bagian kedua, telah ditayangkan perdana di negara asalnya, Inggris. Para bintangnya pun hadir, termasuk the golden trio Daniel Radcliffe (Harry Potter), Rupert Grint (Ron Weasley) dan Emma Watson (Hermione Granger).
Otak di balik asal muasal Harry yang diadaptasi dari buku, penulis JK Rowling, juga ikut meramaikan. Mereka tampak gembira, namun pada saat bersamaan juga sedih harus berpisah dari bagian besar dalam hidup masing-masing. Watson tak kuasa menahan tangisnya.
Bocah penyihir berkacamata ini telah menjadi sebuah fenomena budaya global, salah satu yang terbesar dalam sejarah dunia. Tujuh seri buku Harry yang ditulis Rowling, terjual hingga 400 juta kopi. Franchise film yang haknya dimiliki Warner Brothers, juga amat menguntungkan.
Secara global, film-film Harry Potter telah mengeruk pemasukan hingga US$5,5 miliar. Jumlah ini belum termasuk dua film terakhir, ‘The Deathly Hollows’ bagian pertama dan kedua. Franchise ini pun paling sukses, mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang ‘Star Wars’.
Beberapa pengamat menyatakan, kejeniusan Rowling merupakan faktor utama yang menyebabkan seri Harry Potter amat dinantikan. “Ia menggabungkan dunia fantasi penyihir dan mendampingkannya dengan dunia nyata saat ini,” demikian sebuah situs review film, Cutprintreview.
Tak butuh waktu lama bagi buku-buku Potter untuk menyebrangi samudra, menuju tangan orang-orang dari segala usia. Rowling juga dinilai mampu mengamati dunia komersial dengan memberi izin untuk memfilmkan Harry dan kawan-kawan.
“Penonton diajak menyaksikan Harry sebagai remaja normal dengan masalah-masalahnya, namun hidup di dunia khayalan yang tampak mengagumkan. Penonton suka pahlawan tak sempurna dengan masalah moral,” lanjut situs itu.
Mengglobalnya Harry Potter secara cepat, juga didukung oleh kelahiran tokoh ini ke dunia pada jaman internet. Harry bukanlah tokoh-tokoh serupa yang dikenal dengan lambat seperti Bruce Wayne si Batman, Luke Skywalker dari Star Wars atau detektif jenius Sherlock Holmes.
Pencipta dan editor Solar Flare, Eoghan Irving berpendapat, Harry Potter bukanlah satu-satunya yang bertanggung jawab dalam menyeimbangkan popularitas antara fiksi sains dan fantasi. Termasuk di dunia buku yang memiliki dunia seluas film.
“Namun, ada peningkatan film dan acara televisi fantasi era modern yang tak terbendung. Tentunya, kita semua bisa berterima kasih pada Harry Potter,” kata Irving.
Di film terakhirnya yang sebentar lagi akan tayang di seluruh dunia ini, Harry akan memerangi musuh abadi yang membunuh kedua orangtuanya, Lord Voldermot. Dunia penyihir Harry akan aman tentram, terbukti dari Rowling yang memberi gambaran suasana 19 tahun kemudian di bab terakhir.
Berkat Harry, Rowling menjadi salah satu perempuan terkaya dunia. Per Maret 2011, majalah Forbesmemperkirakan kekayaan rowling mencapai US$1 miliar dari Harry Potter saja. Radcliffe, Grint dan Watson juga menikmati statusnya sebagai remaja-remaja kaya.
Penikmat Harry Potter banyak yang menyayangkan seri ini akhirnya berakhir. Meski begitu, di sinilah kejeniusan Rowling kembali terlihat. Ia tak rakus atau serakah. Keputusannya untuk mempensiunkan Harry di jaman keemasannya dirasa tepat oleh berbagai pemerhati kultur pop.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harry Potter - Golden Snitch 2